How Deep is Your Love

Story by Glorya_Vie

Part 1
Happy reading~ ^^


Hujan mengguyur deras semua wilayah ibu kota Jawa Barat itu. Langit pun berubah menjadi kelam. Angin berhembus kencang hingga membuat tirai jendela kamar Bian tak bisa diam. Bian yang telah bersiap-siap hendak pergi terduduk kembali di depan meja belajarnya. Resah.
“Mengapa aku harus takut untuk keluar? Lagi pula ini hanyalah hujan, dan itu hal yang biasa. Dan yang jatuh bukanlah gumpalan-gumpalan batu ataupun meteor! Hey sobat, seharusnya kau tak membuatnya menunggu..”. Bian bermonolog sambil memandang keluar jendela kamarnya. Perasaannya gusar, sudah hampi sejam ia menunggu hujan itu reda, namun sampai sekarang bulir-bulir air tak ingin berhenti jatuh ke bumi.
“Mungkin akan kutunda untuk hari ini. Maafkan aku..”. Niat untuk menjemput Kiera ia urungkan dan mencoba menelpon Kiera. “Haruskah?? Ahh tidak mungkin. Aku sudah berjanji. Hujan, cepatlah berhenti,” pintanya. Dan seperti sulap do’a Bian dikabulkan, hujan itu berhenti. Segera ia keluar untuk berpamitan dengan ibunya dan pergi ke rumah Kiera.
Sesaat setelah sampai di depan rumah, ia menekan bel yang terletak di samping pintu dan keluarlah seorang gadis.
“Loh, belum siap-siap?” Bian bingung melihat penampilan Kiera yang biasa saja.
“Aku pikir hari ini tidak jadi. Aku tadi ingin menelponmu tapi aku takut kau sibuk,” jawab Kiera dengan wajah yang polos.
“Aku sudah jauh-jauh datang dan kau bilang seperti itu hm?”. Sekarang nada bicaranya mulai meninggi.
“Maaf...” ucap Kiera.
“Hmm.. cepat ganti bajumu,” Bian mencubit pipi Kiera gemas.
“Huhh! Tunggulah di dalam,” kata Kiera sambil mengelus-ngelus pipinya.
Tepat saat Bian memasuki rumah, Ibu Kiera yang sedang asyik menonton TV menghampirinya dan menyuruhnya untuk duduk. “Nak Bian ternyata. Apa kau haus atau ingin sesuatu?” tanya Ibu Kiera.
“Tidak usah repot-repot, Bu. Nah, itu Kiera.”
“Heh? Tumben rapi, mau kemana?” tanya Ibu melihat dandanan Kiera dan itu membuat Bian tercengang beberapa detik.
“Kenapa lihat-lihat? Ya aku tau aku itu cantik.”
“Kata siapa? Aku menyesal punya pasangan yang dandanannya norak seperti itu,” ucap Bian ketus menutupi kecanggungannya.
“Hey! Bukankah aku yang seharusnya berkata begitu?”
Walaupun di mulut berkata begitu, tapi jauh di dalam hati Bian sangat bersyukur karena telah bertemu perempuan seperti Kiera. Kehadiran Kiera dalam hidupnya banyak memberi perubahan. Yang awalnya terasa kelam, namun kini akibat perangai dan perbuatannya itu membuat hidup Bian lebih berwarna. Ya, Bian memiliki masa lalu yang cukup membuat hatinya teriris pilu. Itu karena perceraian kedua orangtuanya. Brokenhome, suatu hal yang paling dibenci setiap orang, tapi apalah dayanya sekarang. Runtuhnya rumahtangga yang lama dibangun itu mengharuskan ia tinggal bersama ayahnya, sedangkan ibunya kembali ke kota asal dengan membawa adik perempuannya yang waktu itu masih berumur 5 tahun.
Segera setelah adegan ejek-mengejek itu mereka berdua pergi ke sebuah cafe tempat mereka biasa bertemu. Library Café namanya. Apa menurutmu terasa janggal? Itu bukanlah cafe yang berada di pinggir jalan pada umumnya, di dalamnya terdapat buku yang berjejer-jejer dari ujung ke ujung. Mulai dari hukum, hikayat, hingga astronomi semuanya ada. Dan bukan tidak mungkin ada banyak remaja bahkan orang tua datang ke tempat ini.
Mata Kiera dan Bian mulai menjelajah ke seluruh ruangan. Di pojok tepatnya di depan deretan buku sastra tertinggal dua bangku kosong. Tak apa, walaupun dipojokan asalkan ada tempat, pikir Bian.
“Kau mau pesan apa?” tanya Bian.
“Hmm.. Aku ingin cokelat panas.
“Kau bilang cokelat membuatmu gemuk, dan ujung-ujungnya kau merengek lagi ingin kurus. Dasar anak kecil,” sergah Bian diselingi tertawa ringan.
“Kalau begitu terserahlah.” Kiera memalingkan pandangannya ke lemari buku yang berdiri tegak disampingnya.
“Yasudah.. Mba, tolong hot chocolate dan cappucinonya ya.” Bian terkejut, apa yang baru diucapkannya itu sama dengan yang diucapkan gadis disebelahnya.
“Sepertinya wajahmu tidak asing. Apa kau… Bian??” tanya gadis itu. Dia adalah teman kecil Bian. Rumah mereka berjauhan, tapi karena ibu mereka berteman mereka pun sering bertemu dan akhirnya bermain bersama. Gadis itu memiliki rambut panjang sebahu dan sedikit lebih tinggi dari Kiera.
Bian terdiam sejenak mencoba memutar kembali ingatannya saat kecil dulu. Dan benar saja, ia adalah Diva Angelia. Karena sudah lama tak melihatnya, Bian harus memperhatikan wajah Diva cukup lama bahkan sampai mengernyitkan dahinya.
“Ini pesanannya,” ucap pelayan tiba-tiba.
“Oh iya, terima kasih. Hmm iya namaku Bian. Kau Diva kan?” kata Bian.
Mendengar itu Diva spontan memeluk Bian dan membuat Bian juga Kiera tersentak kaget. Karena risih dan ia tidak ingin melihat ekspresi Kiera yang sudah berubah menjadi kebingungan daritadi, Bian pun melepaskan tangan Diva yang menempel di pundaknya perlahan. Entah apa yang membuat Diva bertingkah seperti itu, apakah karena terlalu lama tidak bertemu atau ada alasan lain.
*******
Saat Diva dan Bian mengisahkan kembali kejadian masa lampau, Kiera hanya menatap mereka dengan wajah datar karena bingung ingin berkata apa. Sesekali ia ikut tertawa ketika ada kejadian yang lucu. Namun, ia lebih terlihat seperti patung hidup disitu. Hanya satu kali ia mengeluarkan suara untuk berbicara, dan itu ketika Bian memperkenalkannya pada Diva.
Diva, ini Kiera, Kierana Marianne,” ucap Bian.
“Hai.. aku Diva, salam kenal.
“Ahh iya, salam kenal.
“By the way.. kalian pacaran?” DEGG! Pertanyaan itu sukses membuat lidah Kiera tercekat dan membuat wajahnya memerah.
Seperti tebakanmu. Lihatlah wajahnya sekarang, mungkin sebentar lagi akan berubah jadi tomat, goda Bian sambil memegang tangan Kiera yang tiba-tiba terasa membeku.
Sedikit demi sedikit isi gelas dihadapan mereka mulai menyusut hingga akhirnya habis. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah 1 jam mereka berada disana dan matahari sudah berada tepat diatas kepala. Kiera sedikit lebih lega karena ia tak perlu lagi merasa canggung dihadapan Diva, karena ia agak pemalu.
“Sepertinya aku harus pulang, sudah cukup lama aku disini. Terima kasih karena kalian sudah meluangkan waktu untuk mengobrol denganku. See ya..”. Diva keluar dari tempat itu seraya melempar senyum kepada mereka berdua.

To be continued.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Quotes-Cerita-

Sinopsis Cerpen I'm So Sorry

For You, Mr. Panda